BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau
racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut
merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk
pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut
antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.
Virulen yang baru untuk pertama kali
dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit
kuman ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum
mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3
dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi.
Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya
dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal
(imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting
ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang
ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
I.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah
ini yaitu sebagai berikut :
1.
Apa saja definisi dari imunisasi?
2.
Reaksi apa saja yang akan timbul?
3.
Apa saja jenis vaksin?
4.
Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
5.
Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin?
6.
Bagaimana cara pemberian imunisasi?
7.
Apa saja efek samping dari imunisasi?
I.3 Tujuan
Tujuan dari adanya pembahasan
makalah mengenai sistem imunologi ini yaitu untuk mengetahui apa saja definisi
dari imunisasi, selain itu untuk mengetaui reaksi apa saja yang terjadi pada
imunisasi, dan mengetahui apa saja jenis imunisasi itu.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin
yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui
mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk
dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. "Antibodi
itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh," ujarnya. Imunisasi
merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan cara
vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung
dari beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat
menghindarkan dari perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal
dunia. Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang
diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara
umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar
daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak
penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
II.2
Reaksi Antigen-Antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau
racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut
merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk
pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut
antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali
dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit
kuman ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum
mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3
dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi.
Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya
dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal
(imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting
ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang
ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Sebagai
ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen
(kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh, maka tubuh akan
berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa antibodi atau
antitoksin
2) Reaksi tubuh
pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga tidak cukup
banyak antibodi terbentuk.
3) Pada reaksi atau
respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih mengenal jenis
antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga dalam
waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4) Setelah beberapa
waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar
tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi ulang. Ini
merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut
dibentuk tubuh yaitu pada tempat-tempat yang strategis terdapat alat tubuh yang
dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati, limpa , kelenjar timus dan
kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya, tersebar luas di seluruh
jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher, ketiak,
selangkangan, rongga perut. “Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah
bening yang terdapat pada rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang
disebutkan tadi merupakan pusat jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia.
Kerusakan pada alat ini akan menyebabkan seringnya anak terserang berbagai
jenis infeksi: lazimnya dikatakan “daya tahan tubuh anak merendah”.
II.3 Jenis
Vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang
dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi.
Diantara penyakit berbahaya tersebut termasuk penyakit cacar, tbc, difteri,
tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus campak,
hepatitis B dan demam kuning terhadap penyakit tersebut telah dapat dibuat
vaksinnya dalam jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat
luas. Di negara yang sudah berkembang beberapa vaksin khusus telah pula
diproduksi, misalnya terhadap penyakit radang otak, penyakit gondok, campak
Jerman (rubela) dan sebagainya. Bahkan beberapa vaksin yang sangat khusus dapat
pula dibuat, tetapi harganya akan sangat mahal karena penggunaan yang terbatas.
Untuk kepentingan masyarakat luas,
di beberapa negara sedang dijajagi kemungkinan pembuatan vaksin berbahaya dan
merugikan, misalnya vaksin terhadap malaria dan demam berdarah. Karena penyakit
tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara penyuntikan
kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar menjadi sakit. Maka
untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan dan
tidak akan menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang sudah
dilemahkan itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti
terhadap penyakit tersebut. Akibat suntikan imunisasi dengan jenis kuman
tersebut reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam ringan yang biasanya
berlangsung selama 1-2 hari.
II.4
Imunisasi Aktif dan Pasif
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis
imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)Imunisasi pasif ini
adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakitcampak
(measles pada anak-anak).
b. Imunisasi aktif (active immunization)Imunisasi yang
diberikan pada anak adalah :
1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC;
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis
dan tetanus;
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis;
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles);
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B.
Perbedaan
yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif ialah:
a. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti
dalam tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak
lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan
lama (bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk 1
– 2 bulan.
• Imunisasi aktif:
tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun.
•
Imunisasi pasif: tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti.
Si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang
telah mengandung zat anti.
Kekebalan yang diperoleh dengan
imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus.
Kadang-kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat dilakukan. Saat itu belum pernah mendapat imunisasi tetanus, karena itu ia diberi imunisasi pasif dengan penyuntikan serum anti tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan toksoid tetanus.
Kekebalan pasif yang diperoleh
dengan penyuntikan serum anti tetanus hanya berlangsung selama 1 – 2 bulan. Secara
alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya
tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi
pada penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang
berat. Misalnya penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat.
Tanpa disadari seorang anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara
alamiah. Mungkin ia telah mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang
sangat sedikit, misalnya dari makanan yang kurang bersih, jajan dan sebagainya.
Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara alamiah ini sukar diramalkan,
karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam tubuh itu cukup banyak,
maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi terhadap
tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian
mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat
imunisasi difteria. Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda
yang telah mendapat imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak
membahayakan jiwanya. Namun demikian tetap dianjurkan: “Meskipun bayi/anak anda
telah mendapat imunisasi, hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang
sedang sakit”.
II. 5 Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
a.
TBC
Untuk mencegah timbulnya
tuberkolosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG. Imunisasi BCGadalah singkatan
dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil dari nama penemu kumanyaitu
Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak tahun 1920 dibiakkan sampai
230 kaliselama 13 tahunDi Negara yang telah maju, imunisasi BCG diberikan
kepada mereka yang mempunyai resikokontak dengan penderita TBC dan uji
tuberkulinya masih negative, misalnya dokter, mahasiswakedokteran, dan perawat.
Uji tuberculin adalah suatu tes
(uji) untuk mengetahui apakahseseorang telah memiliki zat anti terhadap
penyakit TBC atau belum.Di Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya
terbatas pada mereka yang memiliki resikotinggi mengingat tingginya kemungkinan
infeksi kuman TBC. Imunisasi BCG diberikan padasemua bayi baru lahir sampai
usia kurang dari dua bulan. Penyuntikan biasanya dilakukandibagian atas lengan
kanan (region deltoid) dengan dosis 0,05 ml reaksi yang mungkin timbulsetelah
penyuntikan adalah :Kemerah-merahan disekitar suntikan, dapat timbul luka yang
lama sembuh di daerah suntikan,dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar
daerah suntikan (biasanya di daerah ketiak).Bila terjadi hal tersebut di atas
yang penting adalah menjaga kebersihan terutama daerah sekitar luka dan segera
bawa ke dokter.
b. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan
tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang memadaimaka berakibat
fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga penyakit tersebut
diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama dengan BCG
dan polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing 4 minggu
(1 bulan). Imunisasi ulangan dapatdilakukan 1 tahun setelah imunisasi ketiga
dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun).Imunisasi selanjutnya
dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis).
b.
Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila
terhindar dari kematian banyak yang menderita kecacatansehingga imunisasi
sebagai usaha pencegahan sangat dianjurkan.Imunisasi polio di Indonesia
dilakukan dengan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes dimulut. Pertama
kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan. Kemudiandiulang
dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun,
setelahimunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun). Imunisasi tambahan
dapat diberikan apabilaada resiko kontak dengan virus ganas.
d. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk program pemerintah di Indonesia
adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang dibuat dari plasmadarah penderita
hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara sintetis. Vaksin ini dibuat dari
selragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh MSD (Merck Sharp dan
Dohme). Adapuncara pemakaiannya (vaksin dari Koerean Green Cross) sebagai
berikut :1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama untuk merangsang
tubuh menghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan jumlah zat anti
yang sudahada2.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi baru lahir (0
– 11 bulan) dengan satukali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian mendapat
satu kali lagi. Setelah itu,imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6
bulan, mengenai waktu pemberiansuntikan yang ketiga ada beberapa pendapat.
Untuk pelaksanaan program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini
semata-mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan,tetapi kekebalan yang didapat
tidaklah berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukansetiap 5 tahun sekali.
e. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat
dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi campak dilakukanketika bayi berumur
sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hanya dilakukan satu kali dankekebalannya
bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa diberikan sendiri atau
bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto, 1997 : 22).
II.6 Cara Pemberian
BCG (Bacillus Calmatte Guerin) Dosis
pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan. Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan
timbul bebjolan putih pada lengan bekas suntikan yang akan membentuk luka serta
reaksi panas. Jangan dipecahkan. DPT + Hb (Kombo) Dosis pemberian 3 kali pada
usia 2-11 bulan. Anak akan mengalami panas dan nyeri pada tempat yang
diimunisasi. Beri obat penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan
selimut tebal. Polio Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada
usia 0-11 bulan Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita
kelumpuhan setelah imunisasi polio, kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena
virus polio. Campak Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan. Setelah 1 minggu
imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan. Cukup beri ¼ tablet
penurun panas.
II. 7 Efek
Samping dan Penataklasanaan
BCG Pembengkakan kelenjar regional
menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu diinsisiataupun kompres). DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:
1. Demam ringan berikan kompres dan
anti piretik,
2. Rasa sakit di daerah suntikan
(1-2) hari kapan perlu berikan analgetik,
3. Jarang demam tinggi atau kejang,
4. Penanganan kejang positif,
berikan anti convulsan.
Polio Efek samping imunisasi polio
adalah sebagai berikut :
1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul,
2. Diare,
3. Dehidrasi (tergantung derajat
diare, biasanya hanya diare ringan).
Hepatitis B Tidak ada efek
sampingnya. Campak Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah
sebagai berikut :
1. Demam ringan berikan kompres dan
obat antipiretik,
2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah telinga
pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya lakukan observasi.(Dick.
George, 1992 : 37)
BAB III
PENYAKIT-PENYAKIT UTAMA PADA SAPI PERAH YANG HARUS DIKENDALIKAN MELALUI VAKSINASI
PENYAKIT-PENYAKIT UTAMA PADA SAPI PERAH YANG HARUS DIKENDALIKAN MELALUI VAKSINASI
Sapi perah dan hewan lainnya akan mengembangkan mekanisme
kekebalan yang spesifik dan non spesifik untuk mempertahan-kan tubuhnya dari
invasi mikroba. Pertahanan pertama yang bersifat non spesifik termasuk
didalamnya barier fisik, mulai dari kulit, saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan saluran urogenital yang merupakan alat pertahanan yang
membersihkan sendiri permukaannya dari invasi mikroba. Termasuk didalamnya
bersin, batuk, pengeluaran mukus dan urine.
Muntah dan mencret merupakan cara yang lebih dramatik
sehingga mikroba tidak dapat masuk kedalam tubuh. Masih banyak lagi pertahanan
non spesifik dari tubuh untuk terhindar dari mikroba. Garis kedua adalah proses
peradangan. Butir darah putih yang disebut neutrofil dan monosit akan menyerang
secara non spesifik, merusak dan mencerna juga merupakan alat pertahanan.
Komponen lainnya adalah sistem ensimasi, sistem komplemen juga bersifat non
spesifik yang akan menghancurkan mikroba. Bagian non spesifik ini akan
merupakan sistem kekebalan yang meningkat bila ada program vaksinasi. Untuk
respon kekebalan yang spesifik ada yang disebut makrofag akan bersifat
perangkap yang akan menangkap mikroba dan memprosesnya serta membawnya kedalam
organ yang disebut kelenjar getah bening. Disini akan berfungsi limfosit yang
berperan dan berfungsi spesifik.
Limpa merupakan organ internal penting dimana respons
kekebalan terjadi. Ada dua komponen utama dalam kekebalan, yaitu kekebalan
seluler dan kekebalan humoral. Kekebalan seluler diperankan oleh limfosit-T,
sedangkan kekebalan humoral diperankan oleh limfosit-B yang menghasilkan
antibodi. Limfosit T dan antibodi akan berinteraksi dengan bakteri dan virus
atau yang lainnya atas perantaraan makrofag. Setelah tantangan pertama oleh
mikroba lewat infeksi atau vaksinasi, rangsangan kekebalan akan muncul lemah.
Bila rangsangan mikroba atau vaksin berikutnya muncul kembali, kekebalan
spesifik menjadi lebih kuat. Oleh sebab itu pentingnya vaksinasi buster
dilakukan (Ellis, 2002).
III.1 Prinsip-Prinsip Vaksinasi
Tujuan dari pelaksanaan vaksinasi pada tiap hewan/ternak
adalah menguji tantang individu ternak/hewan dengan dosis tertentu organisme
patogen (bakteri, virus, mycoplasma,
jamur dst) yang mampu merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem
kekebalan hewan/ternak untuk bereaksi secara cepat dan efektif terhadap
tantangan penyakit di lapangan. Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit
yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya infeksi. Sistem
kekebalan sangatlah kompleks. Kemampuannya untuk berfungsi terhadap kekuatannya
dapat diterangkan dalam beberapa cara (Ruma, 2007).
Beberapa virus, mycoplasma
dll., dapat mempengaruhi rangsangan ini seperti halnya terjadi kekurangan dalam
nutrisi penting. Hewan/ ternak yang dalam keadaan kondisi buruk, kekurangan
dalam nutrisi asam amino penting, stress atau terserang dari penyakit tertentu,
tubuh jarang bereaksi penuh terhadap invasi patogen atau vaksin (Ruma, 2007).
Vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit.
Hal ini dicapai dengan menginaktifasi mikroba, dengan menumbuhkannya di
laboratorium dalam media biakan (atenuasi), dan bila dikenalkan kepada tubuh
hewan/ternak akan merangsang respons kekebalan tanpa menyebabkan penyakit. Pada
kasus vaksin cacing paru-paru, larva diiradiasi sedemikian rupa sehingga ia
masih hidup dan aktif tetapi ia tidak sempurna siklus hidupnya. Sehingga bila
diberikan lewat mulut, ia masuk mengikuti siklus hidupnya kecuali menghasilkan
telur dan larva.
Hal ini merangsang sistem kekebalan, tetapi dengan mengatur
jumlah/dosis larvanya (1000 per dosis) ia tidak menimbulkan sakit dan siklus hidup
yang tidak sempurna mencegah hewan Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah
Menuju Perdagangan Bebas 2020 terinfeksi
oleh vaksin cacing paru-paru. Dalam beberapa kasus memasukkan bakteria akan
menghasilkan toksin yang kuat dan ini diberi perlakuan secara kimiawi sehingga
menjadi inaktif. Toksin yang diinaktifasi digunakan sebagai vaksin (contoh.
Beberapa penyakit clostridiosis).
III.2 Kegagalan Dalam Vaksinasi
Kegagalan utama dari program vaksinasi pada sapi perah
adalah sebagai hasil dari :
1).
Kesalahan diagnosis penyakit yang mengakibatkan kesalahan dalam memilih vaksin.
2).
Masalah penyakit bersifat multifaktorial dengan faktor lainnya mendominasi
serta mengecilkan arti penyakit.
3). Kesalahan dalam menggunakan vaksin,
termasuk didalamnya kesalahan menyimpan, penggunaan dan dosisnya.
4).
Tantangan yang berlebih oleh infeksi lapangan dalam keadaan kesehatan yang
jelek/buruk, ventilasi dll.
5).
Banyaknya galur/strain yang tidak dapat dipenuhi oleh vaksin yang digunakan
(contoh E.coli).
6).
Hewan/ternak tidak mampu menghasilkan respons kekebalan yang cukup akibat
keadaan tertentu (contoh: stres, penyakit tertentu, nutrisi yang jelek dll.)
(Ruma, 2007).
Apabila kegagalan vaksinasi dicurigai akan terjadi maka
harus cepat dilaporkan kepada konsultan dokter hewan.
BAB
IV
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin
untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang
diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk
menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit
yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman.
Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek
samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa
kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan. Jadi pada
dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.
Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai
membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman;
berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
III.2
Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini
terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang
lebih baik di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar