Sabtu, 07 September 2013


BIOLOGI DASAR

PERCOBAAN V
POPULASI, KOMUNITAS, DAN EKOSISTEM


NAMA                                                : NESMAWATI
NIM                                                    : I 111 12 287
HARI/TANGGAL.PERCOBAAN   : SELASA, 16  OKTOBER 2012
KELOMPOK                                     : II (DUA)
ASISTEN                                           : HASRIANI RAHMAN


LABORATORIUM  BIOLOGI DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua angsa  membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon mangga. Suatu populasi tersebut terjadi karna di pengaruhi jumlah dan keadaan lingkungan yang sesuai dengan populasi hewan tersebut (Salisburi, 1992).
Komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara bersama di dalam suatu lingkungan. Pohon mangga, pohon pepaya,pohon kelapa, dan  pohon cemara  adalah beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan di Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing spesies yang berbeda di dalam komunitas mereka. Mereka juga mempelajari tipe komunitas lain dan bagaimana mereka berubah. Beberapa komunitas seperti hutan yang terisolasi atau padang rumput  dapat diidentifikasi secara mudah, sementara yang lainnya sangat sulit untuk dipastikan (Salisburi, 1992).
Ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi alam. Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan  abiotiknya seperti iklim, tanah, air, udara, nutrien dan energy (Campbell , 2012 ) .
Proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut sebagai disebut  Rantai Makanan, atau “food chains”. Semua rantai makanan berasal dari organisme autotrofik. Organisme yang langsung memakan tumbuhan disebut herbivor (konsumen primer), yang memakan herbivor disebut karnivor (konsumen sekunder), dan yang memakan konsumen sekunder disebut konsumen tersier. Setiap tingkatan organisme dalam satu rantai makanan disebut tingkatan tropik. Dalam ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu saling bertalian (Fried, G.A., 2006).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui  populasi burung gereja di suatu pulau mulai dari kelahiran, kematian induk, kematian anak/keturunan, dan perpindahan burung gereja tersebut.
I.3 Waktu dan Tempat
            Praktikum percobaan V tentang populasi,komunitas,  dan ekosistem dilaksanakan pada hari selasa tanggal 16 oktober 2012 pada pukul 11:15 – 14:30 WITA di laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang hidup dalam suatu habitat tertentu. Contoh : sekumpulan rumput di ladang, tiga pohon kelapa di ladang, lima ekor kupu-kupu di taman bunga (Campbell, 1998) .
 Komunitas adalah sekumpulan berbagai macam populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Faktor-faktor dalam suatu komunitas dapat tersusun  dari  semua populasi yang hidup dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam suatu wilayah dan waktu tertentu. Contoh : komunitas kebun, komunitas sungai, komunitas sawah (Campbell, 1998) .
 Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang terdapat di dalamnya  yang kemudian saling berinteraksi dan akan saling ketergantungan anta makhluk hidup dan suatu lingkungan dan salah satu faktor suatu makhluk hidup bisa tetap bertahan dalam lingkungannya tersebut apabila makhluk hidup tersebut cocok atau esuai dengan keadaan lingkungan tersebut, akan tetapi jika makhluk hidup itu sendiri tidak cocok atau tidak sesuai dengan keadaan lingkungan tersebut, maka mereka akan pergi dan meninggalkan lingkungannya tersebut. kesatuan komunitas dan lingkungan hidupnya yang saling berinteraksi dan membentuk hubungan timbal balik. Oleh karena itu, ekosistem disebut juga sistem lingkungan. Biosfer adalah kumpulan dari semua ekosistem yang terdapat di permukaan bumi.  Di dalam suatu ekosistem, terjadi interaksi antara komunitas dan komunitas lainnya serta lingkungan abiotiknya. Interaksi ini dapat menyebabkan aliran energi melalui peristiwa makan dan dimakan (predasi). Pada peristiwa aliran energi ini, komponen ekosistem, khususnya komponen biotik, memiliki tiga peran dasar, yaitu sebagai produsen, konsumen dan dekomposer  (Campbell, 1998 ).
Penyusun utama produsen dalam suatu ekosistem, khususnya di daratan adalah tumbuhan. Organisme ini mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari. Peristiwa ini disebut fotosintesis. Produsen merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau membuat makanannya sendiri. Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Komponen biotik yang terakhir, yaitu dekomposer (Arikunto, S. 2005).
Dekomposer adalah organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati menjadi zat-zat organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali oleh produsen sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya. Proses tersebut akan berlangsung terus-menerus di dalam suatu ekosistem. Pada hutan muda, jumlah total bahan organik makin meningkat setiap tahun dengan meningkatnya ukuran pohon. Keadaan ini juga merupakan penyimpanan, tetapi jika hutan menjadi dewasa, bahan organik akan hilang karena kematian dan kehancuran. Energi yang hilang (hancur) tersebut, jika ditambahkan dengan kehilangan karena dimakan hewan, jumlahnya sama dengan produk bersih tumbuhan. Dalam hal ini tidak ada pertambahan  lebih  lanjut dalam biomassa dari tahun ke tahun. Istilah biomassa digunakan  untuk melukiskan seluruh bahan organik yang terdapat dalam satu ekosistem  Jika  sebagian biomassa suatu tumbuhan dimakan, energi itu diteruskan ke suatu heterotrof. Pada belalang  misalnya, untuk tumbuh dan melaksanakan   kegiatannya  berkat  energi  yang  tersimpan dalam tumbuhan yang dimakannya. Proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut sebagai disebut Rantai Makanan, atau “food chains”. Semua  rantai makanan berasal dari organisme autotrofik. Organisme  yang langsung memakan tumbuhan disebut herbivor (konsumen primer), yang memakan herbivor disebut karnivor (konsumen sekunder), dan yang memakan konsumen sekunder disebut konsumen tersier. Setiap  tingkatan organisme dalam rantai makanan disebut tingkatan tropik. Dalam  ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu saling bertalian. Dalam  rantai makanan tingkat trofi pertama tidak selalu ditempati oleh produsen. Oleh  karena itu ada beberapa macam rantai makanan ditinjau dari komponen yang menduduki tingkat trofi pertamanya, yaitu sebagai berikut: (Arikunto, S. 2005).
a. Rantai makanan perumput
            Jika   kedudukan  tingkat  trofi pertamanya ditempati produsen.
  Contohnya: padi → tikus → ular → elang
               Pada  contoh tersebut tingkat trofi pertamanya padi (produsen), tingkat trofi kedua tikus (konsumen pertama), tingkat trofi ketiga ular (konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga).
b. Rantai makanan detri
 Jika  kedudukan  tingkat  trofi  pertamanya  ditempat i oleh detritus.
Contoh: kayu lapuk → rayap→ ayam → elang
                   Pada  contoh rantai makanan di atas tingkat trofi pertamanya ditempati oleh kayu lapuk (detritus), tingkat trofi keduanya rayap (detritivor), tingkat  trofi  ketiga ditempati ayam (konsumen kedua), dan tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga). Contoh lain rantai makanan detritus adalah seresah atau dedaunan dimakan cacing tanah, cacing tanah dimakan ikan, dan ikan dimakan manusia.  Aliran  energi tidak hanya terjadi pada tingkatan yang sederhana, yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada tingkatan yang lebih kompleks, yaitu pada jaring-jaring makanan.  Jaring-jaring  makanan ini tersusun oleh beberapa rantai makanan yang saling berhubungan. Aliran energi mulai dari   hingga  konsumen, jumlah akhirnya tidak sama. Dalam rantai makanan, organisme pada tingkatan  trofik  rendah memiliki jumlah individu lebih banyak. Makin  tinggi tingkat trofik, makin sedikit jumlah individunya dalam ekosistem.
                         
                          Gambar : jaring-jaring makanan (Campbell,  2012).
                Dalam  suatu  ekosistem  umumnya  tidak  hanya terdiri dari satu rantai makanan, akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh satu  organisme saja, tetapi dapat  dimakan oleh  berbagai konsumen primer. Misalnya: bunga kembang  sepatu daunnya dimakan ulat, ulat juga makan daun sawi. Daun  sawi  juga  dimakan  belalang, belalang dimakan katak dan burung pipit, burung pipit juga makan ulat, burung pipit dimakan burung elang. Daun  sawi  juga  dimakan oleh tikus, tikus dimakan oleh burung elang. Akibatnya  dalam  suatu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan saja  tetapi  banyak  bentuk  rantai  makanan. Rantai-rantai makanan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan. (Campbell. 2012) .
Faktor-faktor yang mempengaruhi  ekosistem ,  yaitu (Campbell. 2012) :

1.                  FAKTOR BIOTIK
             Faktor  biotik  adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan yang bisa kita lihat dengan mengamati contohnya dalam suatu lingkungan.  Dalam  ekosistem, produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
                 Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang  meliputi : (Suprianto, 2004).
a.Individu
              Individu  merupakan organisme tunggal. Contohnya : seekor tikus, seekor kucing, seekor sapi, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan  
Seorang manusia.   
b.Populasi
              Populasi  adalah  kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu  tertentu. Contohnya   kumpulan   ikan lumba-lumba,  kumpulan pohon karet. Ukuran  populasi berubah sepanjang waktu.Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi.Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu.Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi.
c.Komunitas
               komunitas  ialah  kumpulan  dari berbagai  populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling  berinteraksi  dan  mempengaruhi satu  sama lain. Contohnya   komunitas  ikan piranha di sungai Amazon.
d.Ekosistem
              Ekosistem adalah hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup  dan  lingkungannya. Contohnya  ekosistem  darat, ekosistem pantai dll
e.Biosfer
             Biosfer  merupakan  sistem  kehidupan  yang paling besar karena terdiri atas  gabungan ekosistem yang ada di  planet bumi.
2. FAKTOR ABIOTIK
            Faktor abiotik  adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai  berikut : (Suprianto,2004)
a.Suhu
             Suhu berpengaruh penting  terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang  diperlukan  organism  untuk  hidup dan suatu organisme apabila tidak cocok atau sesuai dengan suhu lingkungan yang ada maka  mereka pun tidak dapat menetap dalam suatu lingkungan apabila dia tidak pergi otomatis makhluk hidup tersebut bisa mati. Karna ada beberapa makhluk hidup yang memang  cocok hidup di daerah yang suhunya dingin akan tetapi begitu pula dengan sebaliknya ada beberapa komponen makhluk hidup yang hanya bisa hidup dan berkembang pada daerah yang suhunya panas.
b. sinar matahari
             sinar  matahari  mempengaruhi  ekosistem  secara global karena  matahari menentukan suhu pada suatu tempat di mana makhluk hidup ittu bisa tetap hidup. Sinar  matahari  juga  merupakan  unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsenuntuk berfotosintesis.
c.Air
              Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia. Air diperlukan   air minum  dan  sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan  tempat  hidup  bagi ikan. Bagi unsur  abiotik lain, misalnya  tanah dan  air.
d.Tanah
                Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda  menyebabkan  organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga  menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e.Ketinggian
                Ketinggian  tempat  menentukan  jenis  organisme yang  hidup di tempat tersebut,  karena  ketinggian yang berbeda akan  menghasilkan kondisi fisik dan kimia.
 f.Angin
Angin selain berperan dalam menentukan  kelembapan  juga  berperan dalam penyebaran/biji pada tumbhan tertentu.
g.Garislintang
              Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis  lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi  organisme di permukaan bumi. Ada  organisme  yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Komunitas
Komunitas  ialah  kumpulan  dari  berbagai  populasi yang hidup pada suatu  waktu  dan  daerah tertentu  yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya pinhasa di Amazon.
                                
Gambar : komunitas (Blogspot, 2009)




BAB  III
METODE PERCOBAAN


III.1  Alat
            Adapun alat yang di gunakan pada percobaan ini yaitu  gunting, pensil ,  mistar, notebook.
III.2   Bahan
          Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu; kertas grafik, kalkulator, dan beberapa komponen biotik yaitu: pohon lontar, pohon mangga, pohon ketapan, pohon nangka, pohon pepaya, pohon kirinyu, pohon jati, pohon kelapa, semut, belalang, rumput, siput, kupu-kupu, capung, burung, pengurai (dekomposer). Serta, beberapa komponen abiotik yaitu: udara, air, tanah, batu, dan sinar matahari.
III. 3. 1 Prosedur populasi
a.      Model I
Kita  umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 dihuni oleh 10 burung gereja (5 pasang jantan & betina).
·         Asumsi I    :Setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja meng-hasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.
·         Asumsi II   : Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum  musim bertelur berikutnya.
·         Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelurberikutnya. Dalam keadaan sebenarnya beberapa tetua akan hidup dan beberapa keturunannya  akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang kita buat dengan keadaan yang sebenarnya.
·         Asumsi IV :Selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yangdatang ke pulau tersebut.
b.      Model II
Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung gereja dan dikalikan 10, jadi banyak penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang) penghuni.
·         Asumsi I  : Setiap musim bertelur, setiap pasang penghuni selalu meng-hasilkan 10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·         Asumsi II : Setiap tahun 2/5 dari tetua (jantan dan betina sama jumlahnya) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru kemudian mati.
·         Asumsi III: Setiap tahun, penghuni pulau tersebut tidak ada yang pergi.
·         Asumsi IV: Setiap tahun, penghuni pulau tersebut tidak ada yang pergi, namun setiap tahun 50 penghuni baru datang ke pulau tersebut.



c. Model III
Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung gereja dan dikalikan 10, jadi banyak penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang) penghuni.
·         Asumsi I  :Setiap musim bertelur, setiap pasang penghuni selalu meng-hasilkan 10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·         Asumsi II : Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebe-lum musim bertelur berikutnya
·         Asumsi III           :Setiap tahun 2/5 dari keturunannya (jantan dan betina sama jumlahnya) mati sebelum musim bertelur.
·         Asumsi IV:Asumsi yang lain tidak mengalami perubahan.
d.      Model IV
Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung merpati dan dikalikan 10, jadi banyak penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang) penghuni.
·         Asumsi I  : Setiap musim bertelur, setiap pasang penghuni selalumeng-hasilkan 10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·         Asumsi II : Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebe-lum musim bertelur berikutnya.
·         Asumsi III           : Setiap tahun 2/5 dari keturunannya (jantan dan betina sama jumlahnya) mati sebelum musim bertelur.
·         Asumsi IV           : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina sama jumlahnya) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya.

III. 3. 2 Prosedur komunitas
            Adapun prosedur pada kelompok kami dalam melakukan penelitian ini yaitu:
1.      Langkah awal yang kami lakukan adalah memilih daerah penelitian
2.      Tugas selanjutnya yang akan kami lakukan adalah:
a.       Kemudian kami  mengadakan survey tempat di mana kita akan mengadakan penelitian tersebut.
b.      Kita mengamati di tempat yang telah ditentukan, dengan memperhatikan faktor biotik maupun abiotik yang terdapat di lingkungan penelitian tersebut
3.      Mengumpulkan data 
a.       Selanjutnya kita akan mengambil data/ mengidentifikasi organisme dalam bentuk kelompok yang berada di lingkungan tersebut..
b.      Mengambil spesimen dalam linggkungan tersebut
4.      Mempelajari data
a.       Produsen apa yang terdapat dalam komunitas ?
b.      Apakah banyak terdapat produsen atau jarang ?
c.       Jika ada beberapa produsen, produsen yang manakah paling banyak menghasilkan makanan ?
d.      Konsumen apakah yang terdapat dalam komunitas tersebut ?




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil
IV.1.1 Model
a)        Meggunakan model I untuk menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
·      Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang )
Asumsi I = 10 x 5 = 50 ekor anak burung
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi III = 50 burung ekor
Asumsi IV = 50 burung (25 pasang)
·      Tahun 2011 = 50 ekor burung gereja (25 pasang)
Asumsi I = 10 x 25 = 250 ekor anak burung
250 + 50 = 300 ekor
Asumsi II = 300 – 50 = 250 ekor
Asumsi III = 250 burung ekor
Asumsi IV = 250 burung (125 pasang)
·       Tahun 2012 = 250 ekor  burung gereja (125 pasang)
Asumsi I = 10 x 125 = 1.250 ekor anak burung
1250 + 250 =1.500 ekor
Asumsi II = 1.500 – 250 = 1.250 ekor
Asumsi III = 1.250 burung ekor
Asumsi IV = 1.250 burung gereja(625 pasang)
·      Tahun 2013 = 1.250 ekor burung gereja (625 pasang)
Asumsi I = 10 x 625 = 6.250 ekor anak burung
6.250 + 1.250 = 7.500 ekor
Asumsi II = 7.500 – 1.250 = 6.250 ekor
Asumsi III = 6.250 ekor
Asumsi IV = 6.250 ekor burung gereje (3.125 pasang)
·      Tahun 2014 = 6.250 ekor burung gereja (3.125 pasang)
Asumsi I = 10 x 3.125 = 31.250 ekor anak burung
31.250 + 6.250 = 37.500 ekor
Asumsi II = 37.500 – 6.250 = 31.250 ekor
Asumsi III = 31.250 ekor
Asumsi IV = 31.250 ekor burung gereja (15.625 pasang )
·      Tahun 2015 = 31.250 ekor burung gereja (15.625 pasang)
Asumsi I = 10 x 15.625= 156.250 ekor anak burung
156.250 + 31.250 = 187.500 ekor
Asumsi II = 187.500 – 31.250 = 156.250 ekor
Asumsi III = 156.250 ekor
Asumsi IV = 156.250 ekor burung gereja(78.8125 pasang)





Grafik :
b)     Meggunakan model II untuk menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
·      Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi I = 5 x 10 = 50 ekor anak burung
                     50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II =  x 10 = 4 ekor
                   60 – 4 = 54 ekor
Asumsi III = 54 ekor
Asumsi IV = 54 ekor burung gereja (27 pasang)
·      Tahun 2011 = 54 ekor burung gereja (27 pasang)
Asumsi I = 27 x 10 = 270 ekor anak burung
                      270 + 50 = 320 ekor
(54 – 4 = 50) ekor
Asumsi II =  x 50 = 20 ekor (hidup)
                       50 – 20 = 30 ekor (mati)
                       320 – 30 = 290 ekor
Asumsi III =  290 ekor
Asumsi IV = 290 ekor burung gereja (145 pasang)
·      Tahun 2012 = 290 ekor burung gereja (145 pasang)
Asumsi I = 145 x 10 = 1.450 ekor anak burung
                      1.450 + 270 = 1.720 ekor
(290 – 20 = 270) ekor
Asumsi II =  x 270 = 108 ekor (hidup)
                      270 – 108 = 162 ekor (mati)
                      1.725 – 162 = 1.558 ekor
Asumsi III = 1.558 ekor
Asumsi IV = 1.558 ekor burung gereja (779 pasang)
·      Tahun 2013 = 1.558 ekor burung gereja (779 pasang)
Asumsi I = 779 x 10 = 7.790 ekor anak burung
            7.790 + 1.450 = 9.240 ekor
(1558 – 108 = 1.450) ekor
Asumsi II =  x 1.450 = 580 ekor (hidup)
                      1.450 – 580 = 870 ekor (mati)
                       9.240 – 870 = 8.370 ekor
Asumsi III = 8.370 ekor
Asumsi IV = 8.370 ekor burung gereja (4.185 pasang)
·      Tahun 2014 = 8.370 ekor burung gereja(4.185 pasang)
Asumsi I = 4.185 x 10 = 41.850 ekor anak burung
                 41.850 + 7.790 = 49.640 ekor
(8.370 – 580 = 7.790) ekor
Asumsi II =  x 7.790 = 3.116 ekor (hidup)
             7.790 - 3.116 = 4.674 ekor (mati)
             49.640 – 4.674 = 44.966 ekor
Asumsi III = 44.966 ekor
Asumsi IV = 44.966 ekor burung gereja (22.483 pasang)
·      Tahun 2015 = 44.966 ekor burung gereja(22.483 pasang)
Asumsi I = 22.483 x 10 = 224.830 ekor anak burung
         224.830 + 4.1850 = 266.680ekor
(44.966 – 3.116 = 4.185) ekor
Asumsi II =  x 4.1850 = 16.740 ekor (hidup)
41.850 – 16.740 = 25.110 ekor (mati)
266.680 – 25.110 =  241.570 ekor
Asumsi III = 241.570 ekor
Asumsi IV = 241.570 ekor burung gereja (120.785 pasang)
Grafik :
c)      Meggunakan model III untuk menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
·      Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi I = 5 x 10 = 50 ekor anak burung
            50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi III =  x 50 = 20 ekor (mati)
            50 – 20 = 30 ekor (hidup)
Asumsi IV = 30 ekor  burunggereja (15 pasang)
·      Tahun 2011 = 30 ekor burung gereja (15 pasang)
Asumsi I = 15 x 10 = 150 ekor anak burung
          150 + 30 = 180 ekor
Asumsi II = 180 – 30 = 150 ekor
Asumsi III =  x 150 = 60 ekor (mati)
            150 – 60 = 90 ekor (hidup)
Asumsi IV = 90 ekor burung gereja(45 pasang)
·      Tahun 2012 = 90 ekor burung gereja(45 pasang)
Asumsi I = 45 x 10 = 450 ekor anak burung
            450 + 90 = 540 ekor
Asumsi II = 540 – 90 = 450 ekor
Asunsi III =  x 450 = 180 ekor (mati)
450 – 180 = 270 ekor (hidup)
Asumsi IV = 270 ekor burung gereja (135 pasang)
·      Tahun 2013 = 270 ekor burung gereja(135 pasang)
Asumsi I = 135 x 10 = 1.350 ekor anak burung
1.350 + 270 = 1.620 ekor
Asumsi II = 1.620 – 270 = 1.350 ekor
Asumsi III =  x 1.350 = 540 ekor (mati)
            1.350 – 540 = 810 ekor (hidup)
Asumsi IV = 810 ekor burung gereja (405 pasang)
·      Tahun 2014 = 810 ekor burung gereja (405 pasang)
Asumsi I = 405 x 10 = 4.050 ekor anak burung
4.050 + 810 = 4.860 ekor
Asumsi II = 4.860 – 810 = 4.050 ekor
Asumsi III =   x 4.050 = 1.620 ekor (mati)
4.050 – 1.620 = 2.430 (hidup)
Asumsi IV = 2.430 ekor burung gereja (1.215 pasang)
·      Tahun 2015 = 2.430 ekor burung gereja(1.215 pasang)
Asumsi I = 1.215 x 10 = 12.150 ekor anak burung
12.150 + 2.430 = 14.580 ekor
Asumsi II = 14.580 – 2.430 = 12.150 ekor
Asumsi III =  x 12.150 = 4.860 (mati)
12.150 – 4.860 = 7.290 (hidup)
Asumsi IV = 7.290 ekor burung gereja (3.645 pasang)





Grafik :
d.      Meggunakan model IV untuk menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
·      Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi I =  5 x 10 = 50 ekor anak burung
             50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi III = 50 ekor
Asumsi IV = 50 + 50 = 100 ekor burung gereja (50 pasang)
·      Tahun 2011 = 100 ekor burung gereja (50 pasang)
Asumsi I =  50 x 10 = 500 ekor anak burung
500 + 10 = 600 ekor
Asumsi II = 600 – 100 = 500 ekor
Asumsi III = 500 ekor
Asumsi IV = 500 + 50 = 550 ekor burung gereja (275 pasang)
·      Tahun 2012 = 550 ekor burung gereja (275 pasang)
Asumsi I = 275 x 10 = 2.750 ekor anak burung
                 2.750 + 550 = 3.300 ekor
Asumsi II = 3.300 – 550 = 2.750 ekor
Asumsi III = 2.750 ekor
Asumsi IV = 2.750 + 50 = 2.800 ekor burung gereja (1.400 pasang)
·      Tahun 2013 = 2.800 ekor burung gereja (1.400 pasang)
Asumsi I = 1.400 x 10 = 14.000 ekor anak burung
     14.000 + 2.800 = 16.800 ekor
Asumsi II = 16.800 – 2.800 = 14.000 ekor
Asumsi III = 14.000 ekor
Asumsi IV = 14.000 + 50 = 14.050 ekor burung gereja (7.025 pasang)
·      Tahun 2014 = 14.050 ekor burung gereja (7.025 pasang)
Asumsi I = 7.025 x 10 = 70.250 ekor  anak burung
     70.250 + 14.050 = 84.300 ekor
Asumsi II = 84.300 - 14.050 = 70.250 ekor
Asumsi III = 70.250 ekor
Asumsi IV = 70.250 + 50 = 70.300 ekor burung gereja (35.150 pasang)
·      Tahun 2015 = 70.300 ekor burung gereja (35.150 pasang)
Asumsi I = 35.150 x 10 = 351.500 ekor anak burung
     351.500 + 70.300 = 421.800 ekor
Asumsi II = 421.800 - 70.300 = 351.500 ekor
Asumsi III = 351.500 ekor
Asumsi IV = 351.500 + 50 = 351.550 ekor burung gereja (175.775 pasang)


Grafik :
IV.1.2 Tabel pengamatan komponen suatu ekosistem
No
Biotik
Abiotik
Spesimen
Jumlah
Spesimen 
Jumlah
1
Semut
Tanah
2
Belalang
Batu
3
Rumput
Angin
4
Pohon lontar
10
Sinar matahari
5
Pohon mangga
3
Air
6
Pohon ketapang
1


7
Pohon pepaya
3


8
Pohon nangka
2


9
Pohon kirinyu
2


10
Pohon jati
5


11
Pohon kelapa
5


12
Siput
5


13
Kupu-kupu
7


14
Capung
5


15
Burung
3


16
Pengurai (dekomposer)



v  Skema rantai makanan
Pohon mangga            burung            dekomposer
Pohon jati         dekomposer
Pohon nangka            burung           dekomposer
Rumput            capung           burung            dekomposer
Rumput            belalang          burung            dekomposer
Pohon papaya              burung            dekomposer
Pohon k etapang            burung            dekomposer
Rumput           burung          dekomposer
Pohon kelapa         dekomposer









v  skema jaring-jaring makanan
Dekomposer        

Burung
                                                  

              Capung         Belalang                           

Pohon jati pohon kelapa   Rumput    Pohon nangka    Pohon ketapang   Pohon mangga  pohon pepaya

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan maka kaami memperoleh data sebagai hasil kami daalam melaakukan penelitian ini dan kami sussun dalam bentuk tabel seperti di atas .  kemudian di bentuk menjadi dalam bentuk jaring-jaring makanan, dan kemudian di susun membentuk  rantai makanan.  Yang  di peroleh, kebanyakan  dari spesimen  biotik, seperti; pohon mangga,pohon  nangka, pohon lontar, pohon ketapang, pohon pepaya, pohon kelapa dan yang lain-lain itu hanya merupakan  unsur buatan manusia sehingga di tambahkan ke ekosistem dan dengan beberapa pohon tersebut menyebabkan  beberapa hewan yang ikut tinggal dan menetap di dareah tersebut seperti, semut, capung, siput dan lain-lain sebagainya.
            Ekosistem ini masih tergolong ekosistem yang sederhana karna pada pengamatan yang kami lakukan di lingkungan tersebut hanya terdapat beberapa komponen hewan seperti; hewan kecil yang pada umumnya yang terdapat di bagian ekosistem yang lain.
Dan pada  pembahasan yang dalam bentuk jaring-jaring makanan dapat di lihat bahwasanya terjadi proses makan-memakan seperti yang di tunjukan paada bagan tersebut contohnya: pohon mangga kemudian di makan oleh burung dan akhirnya burung di makan oleh dekomposer . Dan juga dapat dilihat pada bagan jaring-jaring makanan pada bagan ini kita bisa melihat yaitu proses  makan dan di makan aantara beberapa komponen. Ccontohnya pada rumput yang kemudian di makan oleh capung dan belalang kemudian capung dan belalang di makan oleh burung dan akhirnya burung di makan oleh dekomposer. Itulah yang di sebut dengan jaring-jaring makanan atau sering di sebut dengan suatu proses saling makan-memakan.
            Makhluk hidup yang di temukan dalam lingkungan yang kami jadikan tempat penelitian tersebut itu termasuk organisme yang cocok dengan keadaan yang ada pada lingkungan tersebut. Karna suatu makhluk hidup dapat tinggal dan menetap bahkan berkembang di dalam suatu lingkungan/ekosistem itu hanyalah makhluk hidup yang memang sesuai dengan keadaan dalam lingkungan yang ada, begitu pula dengan sebaliknya jika suatu makhluk hidup tidak cocok dengan lingkungan yang ada maka mereka akan pergi dan meninggalkan lingkungan tersebut jika mereka tidak pergi maka bisa saja keselamatan hidupnya akan terancam. Bukan hanya itu faktor-faktor makhluk hidup bisa menetap dalam suatu lingkungan apabila cocok  dengan keadaan suhu,tanah,air, matahari  dll.








BAB V
PENUTUP


V.I Kesimpulan
              Kesimpulan dari percobaan ini setelah kita telah membuat suatu gambaran atau ilustrasi tentang pop ulasi burung gereja di suatu pulau sehingga dapat di simpulkan bahwa pada model 1 dari tahun 2010-2015 yaitu dari 25  pasang burung -78125 pasang burung (kelahiran), pada model II dari tahun 2010-2015=27 pasang-120.785 pasang burung (kematian induk) , pada model III, dari tahun 2010-2015 = 15- 3645 pasang burung (kematian anak atau keturunan), dan pada model IV dari tahun 2010-2915 yaitu 50 – 175.775 pasang burung (perpindahan).  Itulah data yang di peroleh   yang terdiri dari IV  model berdasarkan asumsi- asumsi yang telah di tetapkan di dalamnya serta pembuatan pmbentukan grafik yang telah dikerjakan berdasarkan populasi burung gereja yang berada disuatu pulau.
            Sedangkan kesimpulan dari pengamatan lapangan bisa di simpulkan ,di mana kita bisa mengetahui dengan melakukan pengamatan di lapangan berdasarkan tempat yang masing-masing telah di tentukan dan di tempat itu kita bisa melihat ada beberapa kumpulan populasi hewan maupun tumbuhan yang melangsungkan hidupnya di suatu ekosistem .dan dapat di simpulkan pula bahwa ekosistem yang telah kita amati itu masih tergolong ekosistem yang masih sederhana karna hanya terdiri dari berbagai  komponen-komponen hewan hewan kecil yang pada umumnya terdapat di berbagai ekosistem yang lain.
 V.II Saran
            Adapun saran saya pada percobaan ini yaitu kita harus lebih memperhatikan secara detail ketika mendata dan pembuatan grafik begitu pula pada pengambilan data yang langsung dari lapangan harus betul-betul lebih memperhatikan apa-apa saja yang ada di sekitar lingkunagan itu agar pendataan bisa tercapai dengan baik.















            








DAFTAR PUSTAKA


Agus, R., 2012. Penuntun Praktikum Biologi dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar .
Arikunto, S. (2005). Penelitian Ekosistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Campbell, Neil. A, 2002. Biologi  Jilid Lima Edisi Satu. Jakarta: Erlangga.
Fictor F, 2009. Praktis Belajar Biologi SMA X. Jakarta: BSE.
Fried, G.A., 2006. Teori dan Soal-Soal Biologi. Jakarta: Erlangga.            
Kistinnah indun, 2009. Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA X. Jakarta: Biologi BSE.
Rikky F, 2009 Mudah  dan Aktif Belajar Biologi SMA X: Jakarta. BSE.
Suprianto. (2004). Populasi , Komunitas, dan Ekosistem. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar