BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN V
POPULASI,
KOMUNITAS,
DAN EKOSISTEM
NAMA :
NESMAWATI
NIM : I 111 12 287
HARI/TANGGAL.PERCOBAAN : SELASA, 16 OKTOBER 2012
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN :
HASRIANI RAHMAN
LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Populasi adalah sekelompok mahkluk
hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam
kurun waktu yang sama pula. Misalnya semua angsa membentuk suatu populasi, begitu juga dengan pohon-pohon mangga. Suatu populasi
tersebut terjadi karna di pengaruhi jumlah dan keadaan lingkungan yang sesuai
dengan populasi hewan tersebut (Salisburi, 1992).
Komunitas adalah kumpulan populasi
tumbuhan dan tanaman yang hidup secara bersama di dalam suatu lingkungan. Pohon mangga,
pohon pepaya,pohon kelapa, dan pohon cemara adalah beberapa populasi yang membentuk komunitas hutan di
Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing spesies yang
berbeda di dalam komunitas mereka. Mereka juga mempelajari tipe komunitas lain
dan bagaimana mereka berubah. Beberapa komunitas seperti hutan yang terisolasi
atau padang rumput dapat diidentifikasi secara mudah,
sementara yang lainnya sangat sulit untuk dipastikan (Salisburi,
1992).
Ekosistem adalah level paling kompleks dari sebuah organisasi
alam. Ekosistem terbentuk dari sebuah komunitas dan lingkungan abiotiknya seperti iklim, tanah, air, udara,
nutrien dan energy (Campbell , 2012 ) .
Proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut
sebagai disebut Rantai
Makanan, atau “food chains”. Semua rantai makanan berasal dari organisme
autotrofik. Organisme yang langsung memakan tumbuhan disebut herbivor (konsumen
primer), yang memakan herbivor disebut karnivor (konsumen sekunder), dan yang
memakan konsumen sekunder disebut konsumen tersier. Setiap tingkatan organisme
dalam satu rantai makanan disebut tingkatan
tropik. Dalam ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu saling bertalian (Fried,
G.A., 2006).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui populasi burung gereja di suatu pulau mulai
dari kelahiran, kematian induk, kematian anak/keturunan, dan perpindahan burung
gereja tersebut.
I.3 Waktu dan Tempat
Praktikum
percobaan V tentang populasi,komunitas, dan ekosistem dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 16 oktober 2012 pada pukul 11:15 – 14:30 WITA di laboratorium Biologi
Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Populasi adalah sekumpulan individu sejenis yang hidup dalam
suatu habitat tertentu. Contoh :
sekumpulan rumput di ladang, tiga pohon kelapa di ladang, lima ekor kupu-kupu di
taman bunga (Campbell, 1998) .
Komunitas adalah sekumpulan berbagai
macam populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Faktor-faktor dalam suatu komunitas dapat
tersusun dari semua populasi yang hidup dan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam suatu wilayah dan waktu
tertentu. Contoh : komunitas kebun, komunitas sungai, komunitas sawah (Campbell, 1998) .
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
terdapat di dalamnya yang kemudian
saling berinteraksi dan akan saling ketergantungan anta makhluk hidup dan suatu
lingkungan dan salah satu faktor suatu makhluk hidup bisa tetap bertahan dalam
lingkungannya tersebut apabila makhluk hidup tersebut cocok atau esuai dengan
keadaan lingkungan tersebut, akan tetapi jika makhluk hidup itu sendiri tidak
cocok atau tidak sesuai dengan keadaan lingkungan tersebut, maka mereka akan
pergi dan meninggalkan lingkungannya tersebut. kesatuan komunitas dan
lingkungan hidupnya yang saling berinteraksi dan membentuk hubungan timbal balik.
Oleh karena itu, ekosistem disebut juga sistem lingkungan. Biosfer adalah kumpulan dari semua
ekosistem yang terdapat di permukaan bumi. Di dalam suatu ekosistem, terjadi
interaksi antara komunitas dan komunitas lainnya serta lingkungan abiotiknya.
Interaksi ini dapat menyebabkan aliran energi melalui peristiwa makan dan
dimakan (predasi). Pada peristiwa aliran energi ini, komponen ekosistem,
khususnya komponen biotik, memiliki tiga peran dasar, yaitu sebagai produsen,
konsumen dan dekomposer (Campbell, 1998 ).
Penyusun
utama produsen dalam suatu ekosistem, khususnya di daratan adalah tumbuhan.
Organisme ini mampu membuat makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari.
Peristiwa ini disebut fotosintesis.
Produsen merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyusun atau
membuat makanannya sendiri. Adapun konsumen adalah organisme heterotrof, yaitu
organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi
kebutuhannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Komponen biotik
yang terakhir, yaitu dekomposer (Arikunto, S. 2005).
Dekomposer adalah
organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati menjadi zat-zat
organik sederhana. Zat-zat sederhana ini akan digunakan kembali oleh produsen
sebagai bahan nutrisi untuk membuat makanannya. Proses tersebut akan
berlangsung terus-menerus di dalam suatu ekosistem. Pada hutan muda, jumlah total bahan organik makin meningkat setiap
tahun dengan meningkatnya ukuran pohon. Keadaan ini juga merupakan penyimpanan,
tetapi jika hutan menjadi dewasa, bahan organik akan hilang karena kematian dan
kehancuran. Energi yang hilang (hancur) tersebut, jika ditambahkan dengan
kehilangan karena dimakan hewan, jumlahnya sama dengan produk bersih tumbuhan.
Dalam hal ini tidak ada pertambahan lebih lanjut dalam biomassa dari tahun ke tahun.
Istilah biomassa digunakan untuk melukiskan seluruh bahan organik yang
terdapat dalam satu ekosistem Jika sebagian biomassa suatu tumbuhan dimakan,
energi itu diteruskan ke suatu heterotrof. Pada belalang misalnya,
untuk tumbuh dan melaksanakan kegiatannya berkat energi yang
tersimpan
dalam tumbuhan yang dimakannya. Proses
makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut sebagai disebut Rantai Makanan, atau “food chains”.
Semua rantai makanan berasal dari organisme
autotrofik. Organisme yang langsung memakan tumbuhan disebut
herbivor (konsumen primer), yang memakan herbivor disebut karnivor (konsumen
sekunder), dan yang memakan konsumen sekunder disebut konsumen tersier. Setiap tingkatan organisme dalam rantai makanan
disebut tingkatan tropik. Dalam ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu
saling bertalian. Dalam rantai makanan tingkat trofi pertama tidak
selalu ditempati oleh produsen. Oleh karena itu ada beberapa macam rantai
makanan ditinjau dari komponen yang menduduki tingkat trofi pertamanya, yaitu
sebagai berikut: (Arikunto,
S. 2005).
a. Rantai
makanan perumput
Jika kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempati produsen.
Contohnya: padi → tikus → ular → elang
Pada contoh tersebut tingkat trofi pertamanya padi
(produsen), tingkat trofi
kedua tikus (konsumen pertama), tingkat trofi ketiga ular (konsumen kedua), dan
tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga).
b. Rantai
makanan detri
Jika kedudukan tingkat trofi pertamanya ditempat i oleh detritus.
Contoh: kayu lapuk → rayap→ ayam →
elang
Pada contoh rantai makanan
di atas tingkat trofi pertamanya ditempati oleh kayu lapuk (detritus), tingkat
trofi keduanya rayap (detritivor), tingkat trofi ketiga ditempati ayam (konsumen kedua), dan
tingkat trofi keempat ditempati oleh elang (konsumen ketiga). Contoh lain
rantai makanan detritus adalah seresah atau dedaunan dimakan cacing tanah,
cacing tanah dimakan ikan, dan ikan dimakan manusia. Aliran energi tidak hanya terjadi pada tingkatan yang
sederhana, yaitu rantai makanan, tetapi terjadi juga pada tingkatan yang lebih
kompleks, yaitu pada jaring-jaring makanan. Jaring-jaring makanan ini tersusun oleh beberapa rantai
makanan yang saling berhubungan. Aliran energi mulai dari hingga konsumen, jumlah akhirnya tidak sama. Dalam
rantai makanan, organisme pada tingkatan trofik rendah memiliki jumlah individu lebih banyak. Makin tinggi tingkat trofik, makin sedikit jumlah
individunya dalam ekosistem.
Gambar : jaring-jaring
makanan (Campbell, 2012).
Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan,
akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh satu organisme saja, tetapi dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer.
Misalnya: bunga kembang sepatu daunnya dimakan ulat, ulat juga makan
daun sawi. Daun sawi juga dimakan belalang, belalang dimakan
katak dan burung pipit, burung pipit juga makan ulat, burung pipit dimakan
burung elang. Daun sawi juga dimakan oleh tikus, tikus dimakan oleh burung
elang. Akibatnya dalam suatu ekosistem tidak hanya terdapat satu
rantai makanan saja tetapi banyak bentuk rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan. (Campbell. 2012) .
Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekosistem , yaitu (Campbell. 2012) :
1.
FAKTOR BIOTIK
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua
makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan yang bisa kita lihat dengan mengamati contohnya dalam
suatu lingkungan. Dalam ekosistem,
produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan
dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Faktor
biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi :
(Suprianto, 2004).
a.Individu
Individu merupakan organisme tunggal. Contohnya :
seekor tikus, seekor kucing,
seekor sapi, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan
Seorang manusia.
b.Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada
suatu daerah dan waktu tertentu. Contohnya kumpulan ikan lumba-lumba, kumpulan pohon karet. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu.Perubahan
ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi.Perubahan ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu.Hasilnya adalah
kecepatan perubahan dalam populasi.
c.Komunitas
komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup
pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya komunitas ikan piranha di sungai Amazon.
d.Ekosistem
Ekosistem
adalah hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup dan lingkungannya. Contohnya ekosistem darat,
ekosistem pantai dll
e.Biosfer
Biosfer
merupakan sistem kehidupan yang paling besar
karena terdiri atas gabungan ekosistem yang ada di planet bumi.
2. FAKTOR ABIOTIK
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan
kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut :
(Suprianto,2004)
a.Suhu
Suhu berpengaruh penting terhadap ekosistem karena suhu merupakan
syarat yang diperlukan organism untuk hidup dan suatu
organisme apabila tidak cocok atau sesuai dengan suhu lingkungan yang ada
maka mereka pun tidak dapat menetap
dalam suatu lingkungan apabila dia tidak pergi otomatis makhluk hidup tersebut
bisa mati. Karna ada
beberapa makhluk hidup yang memang cocok
hidup di daerah yang suhunya dingin akan tetapi begitu pula dengan sebaliknya
ada beberapa komponen makhluk hidup yang hanya bisa hidup dan berkembang pada
daerah yang suhunya panas.
b. sinar matahari
sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu pada suatu
tempat di mana makhluk hidup ittu bisa tetap hidup. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsenuntuk berfotosintesis.
c.Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan
untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia. Air diperlukan air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan air.
d.Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah
yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup
didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan
unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e.Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang
berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia.
f.Angin
Angin selain
berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran/biji pada tumbhan
tertentu.
g.Garislintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan
yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung
menyebabkan perbedaan distribusi organisme di
permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu
sama lain. Contohnya pinhasa di Amazon.
Gambar
: komunitas (Blogspot, 2009)
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1
Alat
Adapun alat
yang di gunakan pada percobaan ini yaitu
gunting, pensil , mistar,
notebook.
III.2
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu; kertas grafik, kalkulator, dan beberapa
komponen biotik yaitu: pohon lontar, pohon mangga, pohon ketapan, pohon nangka,
pohon pepaya, pohon kirinyu, pohon jati, pohon kelapa, semut, belalang, rumput,
siput, kupu-kupu, capung, burung, pengurai (dekomposer). Serta, beberapa
komponen abiotik yaitu: udara, air, tanah, batu, dan sinar matahari.
III.
3. 1 Prosedur populasi
a.
Model I
Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010
dihuni oleh 10 burung gereja
(5 pasang jantan & betina).
·
Asumsi
I :Setiap musim bertelur, setiap pasang
burung gereja
meng-hasilkan 10 keturunan, selalu 5 ekor
jantan dan 5 ekor betina.
·
Asumsi
II : Setiap tahun semua tetua (induk
jantan dan betina) mati sebelum musim
bertelur berikutnya.
·
Asumsi III :
Setiap tahun semua keturunan hidup
sampai pada musim bertelurberikutnya. Dalam keadaan sebenarnya beberapa tetua
akan hidup dan beberapa keturunannya
akan mati. Asumsi I dan III akan saling memberikan suatu keadaan yang
seimbang, sehingga akan mengurangi perbedaan antara model yang kita buat dengan
keadaan yang sebenarnya.
·
Asumsi IV :Selama pengamatan tidak ada burung
yang meninggalkan atau yangdatang ke pulau tersebut.
b.
Model II
Kita umpamakan
di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung gereja dan dikalikan 10, jadi banyak
penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang) penghuni.
·
Asumsi I : Setiap musim bertelur, setiap pasang
penghuni selalu meng-hasilkan
10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·
Asumsi II : Setiap tahun 2/5 dari tetua (jantan dan betina sama
jumlahnya) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua kalinya, baru
kemudian mati.
·
Asumsi III: Setiap tahun, penghuni pulau tersebut
tidak ada yang pergi.
·
Asumsi IV: Setiap tahun, penghuni pulau tersebut
tidak ada yang pergi, namun setiap tahun 50 penghuni baru datang ke pulau
tersebut.
c. Model
III
Kita
umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung gereja dan dikalikan 10, jadi banyak
penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang) penghuni.
·
Asumsi I :Setiap musim bertelur, setiap pasang
penghuni selalu meng-hasilkan
10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·
Asumsi II :
Setiap tahun semua tetua (induk jantan
dan betina) mati sebe-lum
musim bertelur berikutnya
·
Asumsi III :Setiap tahun 2/5 dari keturunannya
(jantan dan betina sama jumlahnya) mati sebelum musim bertelur.
·
Asumsi IV:Asumsi yang lain tidak mengalami
perubahan.
d.
Model IV
Kita
umpamakan di suatu pulau pada tahun 2010 sebanyak 8 ekor burung merpati dan
dikalikan 10, jadi banyak penghuni pulau tersebut yaitu 80 ekor (40 pasang)
penghuni.
·
Asumsi I :
Setiap musim bertelur, setiap pasang
penghuni selalumeng-hasilkan
10 keturunan (5 pasang jantan dan betina).
·
Asumsi II :
Setiap tahun semua tetua (induk
jantan dan betina) mati sebe-lum musim bertelur berikutnya.
·
Asumsi III :
Setiap tahun 2/5 dari keturunannya
(jantan dan betina sama jumlahnya) mati sebelum musim bertelur.
·
Asumsi IV : Setiap tahun 50 burung gereja baru (jantan dan betina sama
jumlahnya) datang ke pulau tersebut dari tempat lainnya.
III. 3. 2 Prosedur komunitas
Adapun prosedur
pada kelompok kami dalam melakukan penelitian ini yaitu:
1. Langkah awal
yang kami lakukan adalah memilih
daerah penelitian
2. Tugas selanjutnya
yang akan kami lakukan adalah:
a. Kemudian kami mengadakan survey tempat di mana kita
akan mengadakan penelitian tersebut.
b. Kita mengamati
di tempat yang telah ditentukan, dengan memperhatikan faktor biotik maupun
abiotik yang terdapat di lingkungan penelitian tersebut
3. Mengumpulkan data
a. Selanjutnya
kita akan mengambil data/ mengidentifikasi
organisme dalam bentuk kelompok yang berada di lingkungan tersebut..
b. Mengambil spesimen dalam linggkungan
tersebut
4. Mempelajari data
a. Produsen apa yang terdapat dalam
komunitas ?
b. Apakah banyak
terdapat produsen atau jarang ?
c. Jika ada
beberapa produsen, produsen yang manakah paling banyak menghasilkan makanan ?
d. Konsumen apakah
yang terdapat dalam komunitas tersebut ?
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Model
a)
Meggunakan model
I untuk
menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
· Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang )
Asumsi I = 10 x 5 = 50 ekor anak
burung
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi III = 50 burung ekor
Asumsi IV = 50 burung (25 pasang)
· Tahun 2011 = 50 ekor burung gereja (25 pasang)
Asumsi I = 10 x 25 = 250 ekor anak
burung
250 + 50 = 300 ekor
Asumsi II = 300 – 50 = 250 ekor
Asumsi III = 250 burung ekor
Asumsi IV = 250 burung (125 pasang)
· Tahun 2012 = 250 ekor burung gereja (125 pasang)
Asumsi I = 10 x 125 = 1.250 ekor anak
burung
1250 + 250 =1.500 ekor
Asumsi II = 1.500 – 250 = 1.250 ekor
Asumsi III = 1.250 burung ekor
Asumsi IV = 1.250 burung gereja(625 pasang)
· Tahun 2013 = 1.250 ekor burung gereja (625 pasang)
Asumsi I = 10 x 625 = 6.250 ekor anak
burung
6.250 + 1.250 = 7.500 ekor
Asumsi II = 7.500 – 1.250 = 6.250 ekor
Asumsi III = 6.250 ekor
Asumsi IV = 6.250 ekor burung gereje (3.125 pasang)
· Tahun 2014 = 6.250 ekor burung gereja (3.125 pasang)
Asumsi I = 10 x 3.125 = 31.250 ekor anak
burung
31.250 + 6.250 = 37.500 ekor
Asumsi II = 37.500 – 6.250 = 31.250 ekor
Asumsi III = 31.250 ekor
Asumsi IV = 31.250 ekor burung gereja (15.625 pasang )
· Tahun 2015 = 31.250 ekor burung gereja (15.625 pasang)
Asumsi I = 10 x 15.625= 156.250 ekor anak
burung
156.250 + 31.250 = 187.500 ekor
Asumsi II = 187.500 – 31.250 =
156.250 ekor
Asumsi III = 156.250 ekor
Asumsi IV = 156.250 ekor burung gereja(78.8125 pasang)
Grafik :
b)
Meggunakan model
II untuk
menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
· Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi
I = 5 x 10 = 50 ekor anak burung
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi
II =
x 10 = 4 ekor
60 – 4 = 54 ekor
Asumsi
III = 54 ekor
Asumsi
IV = 54 ekor burung gereja (27 pasang)
· Tahun 2011 = 54 ekor burung gereja (27 pasang)
Asumsi
I = 27 x 10 = 270 ekor anak burung
270 + 50 = 320 ekor
(54 – 4 = 50) ekor
Asumsi
II =
x 50 = 20 ekor (hidup)
50 – 20 = 30 ekor (mati)
320 – 30 = 290 ekor
Asumsi
III = 290 ekor
Asumsi
IV = 290 ekor burung gereja (145 pasang)
· Tahun 2012 = 290 ekor burung gereja (145 pasang)
Asumsi
I = 145 x 10 = 1.450 ekor anak burung
1.450 + 270 = 1.720 ekor
(290 – 20 = 270) ekor
Asumsi
II =
x 270 = 108 ekor (hidup)
270 – 108 = 162 ekor (mati)
1.725 – 162 = 1.558 ekor
Asumsi
III = 1.558 ekor
Asumsi
IV = 1.558 ekor burung gereja (779 pasang)
· Tahun 2013 = 1.558 ekor burung gereja (779 pasang)
Asumsi
I = 779 x 10 = 7.790 ekor anak burung
7.790 + 1.450 = 9.240 ekor
(1558 – 108 = 1.450) ekor
Asumsi
II =
x 1.450 = 580 ekor (hidup)
1.450 – 580 = 870 ekor (mati)
9.240 – 870 = 8.370 ekor
Asumsi
III = 8.370 ekor
Asumsi
IV = 8.370 ekor burung gereja (4.185 pasang)
· Tahun 2014 = 8.370 ekor burung gereja(4.185 pasang)
Asumsi
I = 4.185 x 10 = 41.850 ekor anak burung
41.850 + 7.790 = 49.640 ekor
(8.370 –
580 = 7.790) ekor
Asumsi
II =
x 7.790 = 3.116 ekor (hidup)
7.790 - 3.116 = 4.674 ekor (mati)
49.640 – 4.674 = 44.966 ekor
Asumsi
III = 44.966 ekor
Asumsi
IV = 44.966 ekor burung gereja (22.483 pasang)
· Tahun 2015 = 44.966 ekor burung gereja(22.483 pasang)
Asumsi
I = 22.483 x 10 = 224.830 ekor anak burung
224.830 + 4.1850 = 266.680ekor
(44.966 – 3.116 = 4.185) ekor
Asumsi
II =
x 4.1850 = 16.740 ekor (hidup)
41.850
– 16.740 = 25.110 ekor (mati)
266.680
– 25.110 = 241.570 ekor
Asumsi
III = 241.570 ekor
Asumsi
IV = 241.570 ekor burung gereja (120.785 pasang)
Grafik :
c)
Meggunakan model
III untuk
menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
· Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi
I = 5 x 10 = 50 ekor anak burung
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi
II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi
III =
x 50 = 20 ekor (mati)
50 – 20 = 30 ekor (hidup)
Asumsi
IV = 30 ekor burunggereja (15 pasang)
· Tahun 2011 = 30 ekor burung gereja (15 pasang)
Asumsi
I = 15 x 10 = 150 ekor anak burung
150 + 30 = 180 ekor
Asumsi
II = 180 – 30 = 150 ekor
Asumsi
III =
x 150 = 60 ekor (mati)
150 – 60 = 90 ekor (hidup)
Asumsi
IV = 90 ekor burung gereja(45
pasang)
· Tahun 2012 = 90 ekor burung gereja(45 pasang)
Asumsi
I = 45 x 10 = 450 ekor anak burung
450 + 90 = 540 ekor
Asumsi
II = 540 – 90 = 450 ekor
Asunsi
III =
x 450 = 180 ekor (mati)
450
– 180 = 270 ekor (hidup)
Asumsi
IV = 270 ekor burung gereja
(135 pasang)
· Tahun 2013 = 270 ekor burung gereja(135 pasang)
Asumsi
I = 135 x 10 = 1.350 ekor anak burung
1.350
+ 270 = 1.620 ekor
Asumsi
II = 1.620 – 270 = 1.350 ekor
Asumsi
III =
x 1.350 = 540 ekor (mati)
1.350 – 540 = 810 ekor (hidup)
Asumsi
IV = 810 ekor burung gereja
(405 pasang)
· Tahun 2014 = 810 ekor burung gereja (405 pasang)
Asumsi
I = 405 x 10 = 4.050 ekor anak burung
4.050
+ 810 = 4.860 ekor
Asumsi
II = 4.860 – 810 = 4.050 ekor
Asumsi III =
x 4.050 = 1.620 ekor (mati)
4.050 – 1.620 = 2.430 (hidup)
Asumsi IV = 2.430 ekor burung gereja (1.215 pasang)
·
Tahun
2015 = 2.430 ekor burung gereja(1.215 pasang)
Asumsi I = 1.215 x 10 = 12.150 ekor anak burung
12.150
+ 2.430 = 14.580 ekor
Asumsi II = 14.580 – 2.430 = 12.150
ekor
Asumsi III =
x 12.150 = 4.860 (mati)
12.150 – 4.860 = 7.290 (hidup)
Asumsi IV = 7.290 ekor burung gereja (3.645 pasang)
Grafik :
d.
Meggunakan model
IV untuk
menghitung populasi burung gereja padatahun 2010-2015 serta membuat grafiknya
· Tahun 2010 = 10 ekor burung gereja (5 pasang)
Asumsi
I = 5 x 10 = 50 ekor anak burung
50 + 10 = 60 ekor
Asumsi
II = 60 – 10 = 50 ekor
Asumsi
III = 50 ekor
Asumsi
IV = 50 + 50 = 100 ekor burung gereja (50 pasang)
· Tahun 2011 = 100 ekor burung gereja (50 pasang)
Asumsi
I = 50 x 10 = 500 ekor anak burung
500
+ 10 = 600 ekor
Asumsi II = 600 – 100 = 500 ekor
Asumsi
III = 500 ekor
Asumsi
IV = 500 + 50 = 550 ekor burung gereja (275 pasang)
· Tahun 2012 = 550 ekor burung gereja (275 pasang)
Asumsi I =
275 x 10 = 2.750 ekor anak burung
2.750
+ 550 = 3.300 ekor
Asumsi II
= 3.300 – 550 = 2.750 ekor
Asumsi III
= 2.750 ekor
Asumsi IV
= 2.750 + 50 = 2.800 ekor burung gereja (1.400 pasang)
· Tahun 2013 = 2.800 ekor burung gereja (1.400 pasang)
Asumsi
I = 1.400 x 10 = 14.000 ekor anak burung
14.000 + 2.800 = 16.800 ekor
Asumsi
II = 16.800 – 2.800 = 14.000 ekor
Asumsi
III = 14.000 ekor
Asumsi
IV = 14.000 + 50 = 14.050 ekor burung gereja (7.025 pasang)
· Tahun 2014 = 14.050 ekor burung gereja (7.025 pasang)
Asumsi
I = 7.025 x 10 = 70.250 ekor anak burung
70.250 + 14.050 = 84.300 ekor
Asumsi
II = 84.300 - 14.050 = 70.250 ekor
Asumsi
III = 70.250 ekor
Asumsi
IV = 70.250 + 50 = 70.300 ekor burung gereja (35.150
pasang)
· Tahun 2015 = 70.300 ekor burung gereja (35.150 pasang)
Asumsi
I = 35.150 x 10 = 351.500 ekor anak burung
351.500 + 70.300 = 421.800 ekor
Asumsi
II = 421.800 - 70.300 = 351.500 ekor
Asumsi
III = 351.500
ekor
Asumsi
IV = 351.500 + 50 = 351.550 ekor burung gereja (175.775 pasang)
Grafik :
IV.1.2 Tabel pengamatan komponen suatu ekosistem
No
|
Biotik
|
Abiotik
|
Spesimen
|
Jumlah
|
Spesimen
|
Jumlah
|
1
|
Semut
|
∞
|
Tanah
|
∞
|
2
|
Belalang
|
∞
|
Batu
|
∞
|
3
|
Rumput
|
∞
|
Angin
|
∞
|
4
|
Pohon lontar
|
10
|
Sinar matahari
|
∞
|
5
|
Pohon mangga
|
3
|
Air
|
∞
|
6
|
Pohon ketapang
|
1
|
|
|
7
|
Pohon pepaya
|
3
|
|
|
8
|
Pohon nangka
|
2
|
|
|
9
|
Pohon kirinyu
|
2
|
|
|
10
|
Pohon jati
|
5
|
|
|
11
|
Pohon kelapa
|
5
|
|
|
12
|
Siput
|
5
|
|
|
13
|
Kupu-kupu
|
7
|
|
|
14
|
Capung
|
5
|
|
|
15
|
Burung
|
3
|
|
|
16
|
Pengurai
(dekomposer)
|
∞
|
|
|
v Skema
rantai makanan
Pohon
mangga burung dekomposer
Pohon
jati dekomposer
Pohon
nangka burung dekomposer
Rumput capung burung dekomposer
Rumput belalang burung dekomposer
Pohon
papaya burung dekomposer
Pohon
k etapang burung dekomposer
Rumput burung dekomposer
Pohon
kelapa dekomposer
v skema
jaring-jaring makanan
Dekomposer
Burung
Capung Belalang
Pohon
jati pohon kelapa Rumput Pohon nangka Pohon ketapang Pohon mangga
pohon pepaya
Berdasarkan
pengamatan yang telah kami lakukan maka kaami memperoleh data
sebagai hasil kami daalam melaakukan penelitian ini dan kami sussun dalam
bentuk tabel seperti di atas . kemudian
di bentuk menjadi dalam bentuk jaring-jaring makanan, dan kemudian di susun
membentuk rantai makanan. Yang di peroleh, kebanyakan dari spesimen
biotik, seperti; pohon mangga,pohon nangka, pohon lontar, pohon ketapang, pohon
pepaya, pohon kelapa dan yang lain-lain itu hanya merupakan unsur buatan manusia sehingga di tambahkan ke
ekosistem dan dengan beberapa pohon tersebut menyebabkan beberapa hewan yang ikut tinggal dan menetap
di dareah tersebut seperti, semut, capung, siput dan lain-lain sebagainya.
Ekosistem ini masih tergolong
ekosistem yang sederhana karna pada pengamatan yang kami lakukan di lingkungan
tersebut hanya terdapat beberapa komponen hewan seperti; hewan kecil yang pada
umumnya yang terdapat di bagian ekosistem yang lain.
Dan pada
pembahasan yang dalam bentuk jaring-jaring makanan dapat di lihat
bahwasanya terjadi proses makan-memakan seperti yang di tunjukan paada bagan
tersebut contohnya: pohon mangga kemudian di makan oleh burung dan akhirnya
burung di makan oleh dekomposer . Dan juga dapat dilihat pada bagan
jaring-jaring makanan pada bagan ini kita bisa melihat yaitu proses makan dan di makan aantara beberapa komponen.
Ccontohnya pada rumput yang kemudian di makan oleh capung dan belalang kemudian
capung dan belalang di makan oleh burung dan akhirnya burung di makan oleh
dekomposer. Itulah yang di sebut dengan jaring-jaring makanan atau sering di
sebut dengan suatu proses saling makan-memakan.
Makhluk
hidup yang di temukan dalam lingkungan yang kami jadikan tempat penelitian
tersebut itu termasuk organisme yang cocok dengan keadaan yang ada pada
lingkungan tersebut. Karna suatu makhluk hidup dapat tinggal dan menetap bahkan
berkembang di dalam suatu lingkungan/ekosistem itu hanyalah makhluk hidup yang
memang sesuai dengan keadaan dalam lingkungan yang ada, begitu pula dengan
sebaliknya jika suatu makhluk hidup tidak cocok dengan lingkungan yang ada maka
mereka akan pergi dan meninggalkan lingkungan tersebut jika mereka tidak pergi
maka bisa saja keselamatan hidupnya akan terancam. Bukan hanya itu
faktor-faktor makhluk hidup bisa menetap dalam suatu lingkungan apabila
cocok dengan keadaan suhu,tanah,air,
matahari dll.
BAB V
PENUTUP
V.I
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini
setelah kita telah membuat suatu gambaran atau ilustrasi tentang pop ulasi
burung gereja di suatu pulau sehingga dapat di simpulkan bahwa pada model 1
dari tahun 2010-2015 yaitu dari 25
pasang burung -78125 pasang burung (kelahiran), pada model II dari tahun
2010-2015=27 pasang-120.785 pasang burung (kematian induk) , pada model III,
dari tahun 2010-2015 = 15- 3645 pasang burung (kematian anak atau keturunan),
dan pada model IV dari tahun 2010-2915 yaitu 50 – 175.775 pasang burung
(perpindahan). Itulah data yang di
peroleh yang terdiri dari IV model berdasarkan asumsi- asumsi yang telah di
tetapkan di dalamnya serta pembuatan pmbentukan grafik yang telah dikerjakan
berdasarkan populasi burung gereja yang berada disuatu pulau.
Sedangkan kesimpulan dari
pengamatan lapangan bisa di simpulkan ,di mana kita bisa mengetahui dengan
melakukan pengamatan di lapangan berdasarkan tempat yang masing-masing telah di
tentukan dan di tempat itu kita bisa melihat ada beberapa kumpulan populasi
hewan maupun tumbuhan yang melangsungkan hidupnya di suatu ekosistem .dan dapat
di simpulkan pula bahwa ekosistem yang telah kita amati itu masih tergolong
ekosistem yang masih sederhana karna hanya terdiri dari berbagai komponen-komponen hewan hewan kecil yang pada
umumnya terdapat di berbagai ekosistem yang lain.
V.II
Saran
Adapun saran saya pada percobaan
ini yaitu kita harus lebih memperhatikan secara detail ketika mendata dan
pembuatan grafik begitu pula pada pengambilan data yang langsung dari lapangan
harus betul-betul lebih memperhatikan apa-apa saja yang ada di sekitar
lingkunagan itu agar pendataan
bisa tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, R., 2012. Penuntun
Praktikum Biologi dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar .
Arikunto, S. (2005). Penelitian Ekosistem.
Jakarta: Rineka Cipta.
Campbell,
Neil. A, 2002. Biologi Jilid Lima Edisi Satu. Jakarta: Erlangga.
Fictor
F, 2009.
Praktis Belajar Biologi SMA X. Jakarta: BSE.
Fried, G.A., 2006. Teori dan Soal-Soal Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kistinnah indun, 2009. Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA
X. Jakarta: Biologi BSE.
Rikky
F, 2009
Mudah dan Aktif
Belajar Biologi SMA X:
Jakarta. BSE.
Suprianto.
(2004). Populasi , Komunitas, dan Ekosistem.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.