LAPORAN
PRAKTIKUM
KARKAS
NAMA :
NESMAWATI
NIM : I 111 12 287
KELOMPOK :
VII (TUJUH)
GELOMBANG : II (DUA)
ASISTEN :
AHMAD DAVID
![Description: UNHAS HITAM](file:///C:/Users/YAMINA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
LABORATORIUM TERNAK
POTONG
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan dari usaha
peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot
tinggi (kuantitas) serta kualitas karkas dan daging yang optimal, baik bagi
produser, konsumen dan pihak-pihak lain yang berkaitan dalam industri daging.
Seekor sapi dianggap baik bila dapat dinilai menghasilkan karkas dengan
kuatitas dan kualitas yang optimal dengan melakukan penilaian karkas. Penilaian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jumlah daging yang terdapat
pada karkas.
Nilai perdagingan karkas
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda yang
dikembangkan oleh Murphey, maupun dengan persamaan regresi berganda dan
perhitungan berdasarkan penentuan nilai awal dan nilai akhir dari perdagingan
(preliminariy dan final yield grade) yang dikembangkan oleh USDA. Penentuan
nilai perdagingan karkas ditentukan oleh faktor kualitas karkas, seperti :
bobot karkas, tebal lemak subcutan/punggung, luas daerah mata rusuk serta
persentase lemak ginjal, jantung dan pelvis.
Pada studi pertumbuhan
karkas, bahwa butt shape erat hubungannya dengan lemak dibandingkan otot. Studi
tersebut menggunakan karkas yang berat dan lemak penutup karkas dalam kisaran
yang luas. Karkas secara kuantitaif cenderung lebih baik jika kisaran berat
karkas diperluas, sedangkan perbedaan tipe kedewasaan berhubungan dengan
genotif pada karkas yang ringan (lightweight) dan berlemak.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Praktikum Ilmu Ternak Potong mengenai Karkas bertujuan untuk
mengetahui bagian-bagian dari setiap karkas, baik sapi maupun kambing serta
mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas karkas.
Kegunaan praktikum Ilmu Ternak Potong mngenai Karkas adalah
agar para praktikan dapat membedakan bagian-bagian dari setiap karkas, baik
sapi maupun kambing serta menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas karkas.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Karkas
secara Umum
Produksi sapi potong
yang baik adalah sapi yang memiliki persentase karkas yang tinggi. Yang
dimaksud dengan karkas adalah hasil potongan setelah dikurangi kepala,
kulit, dengkil, darah dan isi perut. Untuk memberikan suatu batasan
mengenai hasil karkas yang baik sebenarnya tidak mudah. Sebab setiap
konsumen memiliki selera dan tuntutan sendiri. Bagi para peternak dan
tukang potong (jagal) menghendaki persentase hasil pemotongan yang bagus, yakni
sapi yang mempunyai ukuran atau porsi isi perut, kepala, cakar sedikit,
tetapi memiliki daging yang tebal dan atau kerangka sedikit, dagingnya halus
dan tidak mengandung banyak lemak, warnanya merah muda (Erlin, 2012).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan karkas dan komponennya adalah genetik, lingkungan,
makanan, dan kemampuannya beradaptasi. Makanan merupakan faktor yang
penting diperhatikan untuk memperoleh bobot karkas yang tinggi dari seekor
ternak. Ternak membutuhkan makanan sejak dalam kandungan untuk tumbuh dan
berkembang menjadi foetus dan dilahirkan, kemudian tumbuh menjadi
dewasa. Tillman, dkk. (1991) menyatakan bahwa bentuk grafik
pertumbuhan ternak ditentukan oleh jumlah makanannya. Bila jumlah makanan
yang dikonsumsi tinggi, maka pertumbuhan akan cepat bagi ternak untuk mencapai
bobot badan yang diharapkan serta bobot karkas yang maksimal sesuai dengan
potensi genetiknya (Sitorus dan Subandriyo, 1982).
Kualitas karkas dapat
dilihat dari bobot serta kualitas daging yang diperoleh. Soeparno (1998)
berpendapat bahwa faktor yang menentukan kualitas daging meliputi berat karkas,
jumlah daging yang dihasilkan dari suatu karkas dan kualitas daging dari karkas
yang bersangkutan. Jumlah dan distribusi jaringan karkas bisa ditentukan secara
tepat hanya dengan mengurai karkas secara lengkap. Distribusi daging penting
untuk diketahui karena hal tersebut berhubungan dengan nilai ekonomis atau
komersial karkas (Cahyono, 1998).
Dari hasil penelitian Hasnudi (2005) diketahui perbedaan komposisi
karkas dari bobot karkas yang berbeda akan dapat diketahui jika perbandingannya
dilakukan dalam kelompok jenis kelamin dan kelompok bangsa yang sama, perbedaan
rasio dari lemak subkutan dan lemak intermuskuler yang didasarkan pada tebal
lemak punggung, pembandingannya dapat dilakukan antar bangsa ternak dan antar
jenis kelamin yang berbeda.
Pengukuran karkas
secara objektif dapat meningkatkan nilai prediksi komposisi karkas pada sapi
(Bass et al., 1982). Ketebalan lemak punggung yang diukur sepanjang otot
Longissimus dorsi telah terbukti sangat baik digunakan sebagai prediktor untuk
mengetahui persentase lemak dan secara tidak langsung juga persentase daging
dari keseluruhan karkas (Berg dan Butterfield, 1976).
B.
Karkas
Sapi
Beef atau daging sapi
diambil dari sapi pedaging yang sudah berumur lebih dari satu tahun. Satu
karkas sapi dibelah dua melalui tulang belakang dari leher hingga bagian ekor.
Belahan dapat dibagi menjadi dua bagian tepat pada rib yang ke-13. Masing-masing
potongan disebut quarter yaitu potongan bagian depan atau fare quarter dan
potongan bagian belakang atau hind quarter.
·
Leg / butt : Bagian paha
·
Rump : Bagian lulur
·
Loin : Bagian lulur
·
Rebs : Bagian iga
·
Shoulder / blade : Bagian lengan
·
Mech / chuck / neck : Bagian leher
·
Bresket : Bagian dada
·
Shin / shank : Bagian kaki
Berdasarkan Tingkat Kelembutan
·
Terbaik (first class) : Loin dan Rump
·
Sedang (second class) : Ribs, Shoulder,
dan neck
·
Kurang (third class) : Leg, Brisked, dan
Shin
Loin terdiri dari fillet
(lulur dalam atau tender loin) dari contra fillet (lulur luar atau sirloin),
kedua macam daging ini merupakan yang terbaik untuk dijadikan beef steak, sate,
dan lain-lain. Fillet bersama-sama dengan contra fillet akan menghasilkan bone
steak dan parter house steak. Fillet merupakan daging yang paling lembut
diantara semua bagian ternak. Fillet pada kedudukannya diselubungi oleh lapisan
lemak yang menambah kelembutan pada fillet tersebut. Fillet terdiri dari 3
bagian, yaitu :
1.
Bagian kepala (head fillet)
2.
Bagian tengah (midle / heart fillet)
3.
Bagian ekor (tail fillet)
Di Australia, karkas sapi
diklasifikasikan ke dalam kelas berat berdasarkan kisaran berat standar karkas
hangat (HSCW), yaitu: kelas 4 (sampai berat 40 kg), kelas 7 (di atas 40 sampai
70 kg), kelas 9 (di atas 70 sampai 90 kg), kelas 11 (di atas 90 sampai 110 kg),
kelas 13 (di atas 110 sampai 130 kg), kelas 15 (di atas 130 sampai 150 kg),
kelas 16 (di atas 150 sampai 160 kg), kelas 18 (di atas 160 sampai 180 kg),
kelas 20 (di atas 180 sampai 200 kg), kelas 22 (di atas 200 sampai 220 kg),
kelas 24 (di atas 220 sampai 240 kg), kelas 26 (di atas 240 sampai 260 kg),
kelas 28 (di atas 260 sampai 280 kg), kelas 30 (di atas 280 sampai 300 kg),
kelas 32 (di atas 300 sampai 320 kg), kelas 34 (di atas 320 sampai 340 kg),
kelas 36 (di atas 340 sampai 360 kg), kelas 38 (di atas 360 sampai 380 kg),
kelas 40 (di atas 380 sampai 400 kg), kelas 42 (di atas 400 kg). Bisa juga
diklasifikasikan berdasarkan kelas lemak yang didasarkan pada tebal lemak
subkutan pada rump P8. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: Kelas 1 dengan
tebal lemak sampai 2 mm, kelas 2 di atas 2 sampai 6 mm, kelas 3 di atas 6
sampai 12 mm, kelas 4 di atas 12 sampai 22 mm, kelas 5 di atas 22 sampai 32 mm,
dan kelas 6 di atas 32 mm (Aus-meat, 1987).
Bobot karkas dan kandungan lemak karkas
saling berhubungan. Hal ini sesuai dengan penelitian Taylor et al. (1996) yang
menunjukkan adanya hubungan antara skor shape dengan komponen karkas, terutama
kandungan lemak. Selanjutnya dilaporkan pula bahwa pada karkas yang berat
(heavyweight), butt shape lebih berhubungan dengan lemak dibandingkan otot,
sementara pada karkas ringan (lightweight) skor shape menurun sejalan dengan
menurunnya kandungan lemak karkas.
C.
Karkas
Kambing
Karkas kambing adalah bagian tubuh
dari kambing atau domba sehat yang telah disembelih secara
halal sesuai dengan syariat agama. Telah dikuliti, dikeluarkan jeroan,
dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ
reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih.
Berikut adalah karakteristik dari karkas daging kambing
Sumber:
Anonim, 2011
Menurut Berg et al. dalam Hasnudi
(2005), komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot (daging), tulang dan
lemak. Walaupun bobot karkas domba lebih berat dibandingkan bobot karkas
kambing kemungkinan memiliki perbedaan proporsi/perbandingan antara ketiga
komponen karkas tersebut yaitu komponen tulang pada karkas domba lebih
mendominasi komponen dagingnya. Sehingga pada bobot karkas yang lebih berat,
komponen daging karkas domba relatif sama dengan komponen daging yang dihasilkan
kambing yang bobot karkasnya lebih rendah.
D.
Perbandingan
Karkas Betina dan Jantan
Menurut Nufarida (2012)
identifikasi Karkas Domba Berdasarkan Jenis Kelamin yaitu:
1.
Karkas betina, diidentifikasi
dengan adanya ambing. Pada mutton ambing mungkin saja agak basah (mengeluarkan
cairan kuning kecoklatan). Tetapi jika sangat basah, dapat diambil pada saat
disembelih. Pada lamb dan yearling, ambing nampak relative panjang, terdapat lemak
halus.
2.
Karkas jantan kastrasi diidentifikasi
dengan adanya lemak. Berbeda dengan ambing, lemak nampak kasar dan tidak
beraturan,dan biasanya lebih sedikit dari lemak yg ada di ambing
3.
Karkas jantan memiliki sedikit
lemakpada daerah skrotum dibandingkan betina dan jantan kastrasi. Lemak tampak
bentuknya tidak beraturan hamper menyerupai jantan kastrasi. Karkas jantan
biasanya lebar, bahu berat dan leher tebal, dan pada daerah ini karkas umumnya
lebih menonjol pada jantan kastrasi dibandingkan betina.
Berkenaan dengan pengaruh jenis atau
status kelamin terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak dinyatakan bahwa
jenis kelamin berpengaruh terhadap umur fisiologi ternak. Sapi-sapi jantan
mempunyai pertumbuhan yang lebih besar, jadi lebih berat, lebih lean (kandungan
lemak karkas sedikit) atau secara fisiologi kurang dewasa daripada sapi-sapi
betina atau sapi jantan kastrasi pada umur yang sama. Sapi-sapi betina mencapai
dewasa lebih dini dan pada berat badan yang lebih kecil atau umur kronologi
yang lebih muda; sapi-sapi jantan kebirian adalah menengah antara sapi-sapi
jantan dan betina mengenai umur hewan itu mencapai dewasa fi siologi. Pada
setiap umur kronologi yang tersedia sapi-sapi jantan lebih berat, lebih lean
dan mempunyai lemak lebih sedikit daripada sapi-sapi betina maupun jantan
kebirian. Sapi-sapi jantan juga mempunyai peringkat/grade mutu yang
lebih rendah karena jumlah marbling, keempukan, tekstur, warna dan
citarasa dagingnya. yang kurang memenuhi standar untuk grade mutu yang yang
tinggi. Karena pencapaian umur dewasa yang lebih dini pada sapisapi betina maka
sapi-sapi betina akan lebih gemuk dan mempunyai peringkat mutu yang lebih
tinggi pada setiap umur kronologi atau pada berat yang sama atau tersedia
daripada sapi-sapi jantan (Boggs dan Merkel, 1979).
E.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Karkas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persentase karkas sapi adalah konformasi tubuh dan derajat
kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi dan umumnya berbentuk
tebal seperti balok. Ternak yang langsing, badan panjang, leher panjang dan
berbentuk segitiga seperti sapi perah, persentase karkasnya rendah.
Faktor lain yang
mempengaruhi persentase karkas sapi adalah jumlah pakan dan air yang ada pada
saluran pencernaan ternak. Bila jumlahnya cukup banyak maka persentase
karkasnya akan rendah. Kulit yang besar dan juga tebal juga akan berpengaruh
terhadap persentase karkas sapi.
Kualitas karkas sapi
dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor
sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain genetik,
spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif
(hormon, antibiotik atau mineral), dan stress. Faktor setelah pemotongan yang
mempengaruhi kualitas daging sapi antara lain meliputi metode pelayuan,
stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan
termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, lemak intramuskuler
atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi
pada suatu otot daging.
Faktor kualitas daging
yang dimakan terutama meliputi warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma
termasuk bau dan cita rasa dan kekasan jus daging (juiciness). Disamping itu,
lemak intramuskular, susut masak (cooking loss) yaitu berat sampel daging yang
hilang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan dan pH daging, ikut
menentukan kualitas daging.
Menurut Murtidjo (2003), menyatakan, bahwa
ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persentase karkas yaitu sebagai berikut :
a. Cacat karkas
Cacat karkas berkaitan dengan cara penangkapan yang kasar,
keranjang tempat ayam yang terlalu padat, sehingga menyebabkan tulang mudah
patah maupun memar. Darah pada jaringan yang terkena benturan akan
teroksidasi, selanjutnya mengalami perubahan warna menjadi merah dan
biru. Karkas broiler yang demikian berkualitas rendah, karena akan lebih
mudah tercemar mikroorganisme, dan mudah membusuk.
b. Cara pemeliharaan
Cara pemeliharaan juga mempunyai kaitan dengan kualitas
persentase karkas broiler. Ayam broiler yang dipelihara dalam kandang
lantai yang beralaskan litter akan memiliki karkas yang baik. Sebaliknya
jika dipelihara di atas lantai (tanpa alas) sering menderita memar dada
sehingga kualitasnya berkurang.
c. Cara pemotongan
Cara pemotongan ayam broiler yang kurang baik juga
berpengaruh terhadap kualitas karkas. Karkas broiler yang berkulit
kemerah-merahan menandakan masih terdapat darah tersisa didalamnya.
d. Penanganan lepas potong
Setelah dipotong, daging diawetkan dengan dimasukkan pada
alat pendingin. Pendingin yang tidak baik akan mempercepat proses
pembusukan karkas. Pengawetan daging dengan proses pembekuan yang paling
baik adalah pembekuan dengan suhu minus 40oC selama 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Aus-meat.
1987. Language. 2nd Edition. Aus-Met, Hyde Park Square Sydney NSW 2000.
Bass
JJ, Johnson DL,. Woods EG. 1982. Relationship
of carcass conformation of cattle and sheep with carcass
composition. Proc. Anim. Prod. 42:125-126.
Berg
RT, Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University
Press Sydney.
Boggs
DL, Merkel RA, Doumit ME. 1979. Livestock and Carcasses: An Integrated Approach
to Evaluation, Grading and Selection. Fifth Edition. Kendal/Hunt Pub., Co.,
Westmark Drive Dubuque, Iowa USA.
Cahyono,
B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Erlin,
2012. Laporan Praktikum Ilmu Ternak Potong. http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-ilmu-ternak-potong.html). Diakses pada
tanggal 20 April 2014.
Hasnudi.
2005. Kajian Tumbuh Kembang Karkas dan Komponennya serta Penampilan Domba
Sungei Putih dan Lokal Sumatera yang Menggunakan Pakan Limbah Kelapa Sawit.
Sekolah Pascasarjanan, Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo,
2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam. Kasinus, Yogyakarta.
Nufarida,
2012. Evaluasi Karkas. http://ridanurfa.blogspot.com/2012/04/evaluasi-karkas.html. Diakses pada
tanggal 20 April 2014.
Sitorus,
P., and Subandriyo. 1982 Performance
traits of Indonesian goats. Proceedings of the Third International Conference on Goat
Production and Disease, p.538. Dairy Goat Journal Publishing Co, Scottsdale, Arizona,
USA.
Soeparno.
1998. Ilmu dan Teknologi Daging cetakan
ketiga. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.
Taylor
DG, Johnson ER, Priyanto R. 1996. The accuracy of rump P8 fat thickness and
twelth rib fat thickness in predicting beef carcass fat
content in three breed types. In: Proceedings of the Australian Society of
Animal Production. The University of Quensland, Brisbane. Pp 193-195.
Tillman
AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University-Press, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar